![]() |
|
![]() |
Sign Up Singkat dan Mudah
|
Sign Up Privasi Anda Kami Jaga |
Selamat Datang di Rumaruma! Cek Kotak Masuk Anda untuk Verifikasi E-mail Kami telah mengirimkan e-mail ke dengan link verifikasi. Jika Anda tidak menerima e-mail dalam 2 menit, klik Kirim Ulang. Mohon pastikan e-mail tidak masuk ke folder Spam / Junk. |
Selamat Datang di Rumaruma! Akun Anda Sedang Kami Verifikasi Terima kasih telah mendaftarkan diri Anda dalam situs kami. Admin kami sedang melakukan verifikasi terhadap akun Anda. Mohon menunggu hingga maksimal 1 X 24 jam. Sembari menunggu, Anda dapat melihat-lihat listing yang sudah terdaftar di situs kami. |
![]() |
Buat Listing Pilih Tipe Properti yang Anda Inginkan
Klik Salah Satu Gambar untuk Melanjutkan |
![]() |
Kriteria Listing Ikuti Panduan Berikut untuk Memastikan Kualitas Listing Anda
|
Listing Properti dalam 3 Tahap Dapatkan Penghasilan Tambahan dari Verifikasi Listing
|
Kami ingin tahu pendapat Anda |
![]() Apakah listing Anda telah terjual? |
Pada salah satu acara topping off proyek apartemen di kawasan Stasiun Rawa Buntu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sempat menyampaikan bahwa konsep hunian berbasis transit (TOD) diprediksi akan menjadi primadona bagi generasi Milenial.
Konsep hunian TOD dinilai dapat mengakomodasi mobilitas generasi Milenial yang aktivitasnya serba cepat. Selain itu, konsep TOD juga dapat memudahkan masyarakat dalam melakukan perjalanan, serta menekan kemacetan ibukota.
Bagi yang masih awam, konsep TOD mengacu pada hunian urban yang terintegrasi dengan moda transportasi, seperti stasiun kereta api maupun MRT. Dengan tempat tinggal yang berdekatan atau memiliki akses yang mudah ke moda transportasi, konsep TOD memang dapat menjadi konsep yang ideal di kota Jakarta yang sarat akan kemacetan dan aktivitas yang menuntut segalanya serba cepat.
Namun, bagaimana dengan kondisi sekarang di mana pandemi masih terjadi dan sebagian besar aktivitas masih wajib dilakukan dari rumah, baik WFH maupun SFH. Dampak signifikan terjadi pada penurunan mobilitas manusia maupun kendaraan.
Terjadi pula pergeseran preferensi, di mana homeseekers kini lebih memilih rumah di pinggiran kota, daripada pusat kota yang dekat ke tempat kerja karena kini mereka tidak lagi berangkat pagi-pagi menuju kantor dan pulang malam dalam raga yang letih. Ya, keuntungan tersembunyi dari WFH atau SFH adalah waktu yang kini tak terbuang percuma di jalan.
Meski kondisi WFH dan SFH masih terus berlanjut, hunian TOD tetap diminati. Kemudahan akses ke moda transportasi tetap menjadi daya tarik utama karena meski tidak ke tempat kerja, penghuni tetap butuh keluar rumah untuk sekedar belanja bulanan.
Lalu, kondisi WFH kemungkinan besar ke depannya tidak akan berlanjut saat pandemi benar-benar sudah dapat ditanggulangi. Saat dunia kembali ke normal, mobiitas kembali tinggi, kebutuhan akan hunian yang dekat ke transportasi tentu akan kembali meningkat.
Mengantisipasi hal tersebut, sebagian Milenial mulai dan tetap melirik hunian TOD sebagai rumah masa depan. Sebelum terjadi kenaikan harga dan mumpung saat ini banyak program insentif terkait pembelian rumah yang disediakan pemerintah, maka tidak sedikit yang mulai mengamankan unit impian mereka.
Dari sisi lokasi dan kemudahan akses, hunian TOD dalam jangka panjang akan menjadi kebutuhan. Apalagi jika kawasan hunian dilengkapi dengan sejumlah fasilitas penunjang berkonsep milenial, bakal menambah daya tarik dan menjadi primadona di kalangan homeseekers.